Kamis, 09 Januari 2014

PROBLEMATIKA DAKWAH ISLAM DI DAERAH PERKOTAAN


Pendahuluan.
Sebagai agama dakwah Islam selain menyerukan kepada umatnya untuk melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari juga memerintahkan untuk selalu menyampaikan (tabligh) atau mendakwahkan kebenaran Islam. Para pemeluk Islam telah digelari Allah sebagai umat pilihan, sebaik-baik umat (khairu ummah) yang bertugas berdakwah, yaitu mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran. Sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an yamg berbunyi :
öNçGZä. uŽöyz >p¨Bé& ôMy_̍÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ šcöqyg÷Ys?ur Ç`tã ̍x6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur šÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #ZŽöyz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB šcqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçŽsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ  
Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Q.S. 3:110)
Di dalam ayat lain Allah SWT berfirman :
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ  
Artinya : serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. an-Nahl:125).
Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa aktivitas dakwah  adalah merupakan bagian dalam kehidupan sehari-hari seorang Muslim.


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi dalam era globalisasi sekarang ini telah membawa perubahan-perubahan  dalam kehidupan umat. Era globalisasi memiliki potensi untuk merubah hampir seluruh sistem kehidupan masyarakat baik dibidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, termasuk memberikan andil  pada perubahan sistem dan tata nilai dan masyarakat Islam.
Pengaruh era globalisasi yang memasuki semua sendi-sendi kehidupan memunculkan problem-problem dan tantangan dakwah yang semakin berat, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan, kepariwisataan, seni, pakaian, makanan dan minuman dan sebagainya. yang semakin membuka peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika.
Kerawanan moral dan etik itu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping VCD, jaringan Internet, dan sebagainya.
Adanya problem, permasalahan, hambatan, tantangan, dan semacamnya, baik internal maupun eksternal, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjuangan menyampaikan dakwah Islam. Karena itu memang telah menjadi salah satu sunnatullah bagi setiap dakwah kebenaran. Oleh karenanya, mengenal, memahami, dan memperhatikan problem-problem dakwah merupakan bagian penting dalam rangka mencapai keberhasilan dakwah.
Problematika Dakwah.               
Problematika Dakwah yang dimaksud dalam tulisan ini adalah “ Masalah-masalah, hambatan-hambatan dan tantangan-tantangan yang terjadi dan dihadapi oleh para da’i dalam dakwahnya yang apabila tidak diatasi akan menghambat tujuan dakwah yang hendak dicapai”.
Problem-problem dakwah tersebut mencakup dan meliputi dua macam yaitu :
Pertama, problem-problem dakwah internal (مشكلات الدعوة الداخلية), yaitu :
1.      Problem yang bersumber dan berasal dari kondisi internal diri setiap dai sendiri. Seperti Pertama,terjadinya penyempitan makna dakwah oleh para da’i.Dakwah saat ini sering terkesan dimaknai sebatas pada ceramah-ceramah di mesjid,majelis ta’lim,dan pengajian-pengajian.Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa metode lisan merupakan salah satu metode dakwah yang efektif namun hendaknya para da’I tidak menjadikan dakwah dengan metode ceramah sebagai hal yang esensi dalam dakwah.Bahkan akhir-akhir ini masyarakat Indonesia sudah mulai bosan dengan ceramah-ceramah. Kalaupun ada yang mengikuti hanya sebatas formalitas  atau mencari sisi lain yang menarik dari ceramah sang da’i seperti sang dai’ yang suka membuat lelucon, alhasil ketika ditanya kepada masyarakat  tentang  apa  yang  mereka  dapatkan  dalam  ceramah tersebut mereka hanya

menjawab “Uztadznya pelawak,lucu,dan menarik” namun esensi dakwah tidak lagi sampai kepada masyarakat tersebut.Padahal sebenarnya masyarakat di Indonesia saat ini membutuhkan dakwah dengan metode “tindakan nyata”,  mereka saat ini kehilangan figure Qudwah,Figure ustwah yang akan mereka jadikan pedoman dan tauladan dalam hidup.
Kedua,Merosotnya kualitas ilmu yang dimiliki para da’i. Hal ini berdampak pada menurunnya profesionalisme sang da’i. Contohnya banyak kita lihat di Indonesia bagaimana materi yang disampaikan hanya bersifat pengulangan sehingga para objek dakwah mudah bosan.selain itu, dakwah yang disampaikan sering tidak tepat sasaran karena metode yang dipakai sang da’I tidak sesuai dengan kondisi objek dakwahnya.Ditambah lagi sang da’I tidak memiliki keilmuan yang cukup terutama dalam bidang Fiqh dakwah sehingga sering mengecewakan objek dakwah. Kekurangan ilmu yang dimiliki da’I hari ini juga banyak menimbulkan masalah tersendiri dalam bidang dakwah.Sering kali terjadi kegoncangan pada umat diakibatkan keraguan yang ditimbulkan oleh para da’I dalam menetapkan sebuah hukum. Keraguan ini akan berlanjut pada ketidak percayaan terhadap sang da’I itu sendiri. Hal ini tentunya berdampak negative terhadap tatanan umat yang ada. Contoh lain,adalah seringnya para da’i terlalu memaksakan sebuah hukum namun tanpa alternative sehingga tak jarang sikap ini mengurangi tingkat kepercayaan masyarakat kepada da’i tersebut malah masyarakat bisa menjadi apatis kepadanya.
Ketiga,Manajemen dakwah yang dilakukan oleh para da’i masih bersifat konvensional,yang hanya terbatas pada ceramah dan kuliah agama. Kurangnya pengetahuan da’i tentang ilmu dakwah ditambah lagi dengan kurang nya pengetahuan tentang manajemen dakwah yang efektif dan efisien membuat dakwah sering hanya bergaung dalam ceramah dan kuliah agama.
Keempat, mengajak kepada dakwah parsial bukan dakwah kepada Allah swt. Manajemen dakwah yang baik adalah sebuah keharusan dalam keberlangsungan dakwah. Karena pentingnya hal itu bagi dakwah, maka organisasi-organisasi yang memayungi dan mengelola dakwah banyak bermunculan dengan menawarkan berbagai konsep dakwah. Bila hal ini disikapi dengan bijaksana dan hati yang lapang maka akan menjadi kemashlahatan bagi ummat. Karena lebih mengakomodir banyaknya perbedaan dalan penerapan konsep dakwah. Dampak negative yang ditimbulkan adalah adanya persaingan diantara organisasi dakwah untuk merebut simpati masyarakat. Penyimpangan tujuan ini akan mempengaruhi efektifitas pencapain tujuan dakwah, karena para da’I lebih sibuk dengan bagaimana membesarkan organisasi dakwahnya daripada menyibukkan diri untuk mengajak ummat kembali kepada Allah swt.
Kelima, da’i bersifat pasif dalam menyongsong dakwah. Sudah menjadi kebiasan di masyarakat bahwa adanya ta’lim atau pengajian tabligh hanya ketika hari-hari besar agama,  oleh  karena  itu  seringkali  pula  para  da’i  hanya  melakukan  aktifitasnya pada
waktu itu. Mereka tidak bergerak aktif untuk menciptakan lading-ladang ta’lim baru yang lebih teratur dan berkesinambungan. Perkembangan zaman yang begitu cepat juga membawa konsekuensi permasalahan ummat yang cepat pula, sehingga para da’I harus cepat tanggap untuk bisa menjadi pemberi solusi syar’i untuk setiap permasalahan yang ada.

2.      Problem yang bersumber dan berasal dari kondisi internal setiap kelompok, golongan, organisasi, jamaah, dan gerakan dakwah yang ada di tubuh kaum muslimin.

Diantara persoalan umat intenal umat Islam yang sering menimbulkan perselisihan dan perpecahan adalah  Fanatisme Mazhab. Bahkan hingga sekarangpun umat Islam masih sering terjebak dengan pembahasan permasalah Mazhab yang notabene adalah permasalahan furu’(cabang). Yang lebih sering perbedaan ini menimbulkan perpecahan. Pada kajian-kajian keislaman kemudian juga lebih membahas permasalahan perbedaan mazhab dan seringnya mengarah pada menjelekkan mazhab yang lain. Seolah surga hanya untuk mazhabnya sendiri. Perdebatan qunut dan tidak qunut, tahlil tidak tahlil, maulid Nabi Muhammad saw dan shalat Tarawih antara yang 20 rakaat dan 11 rakaat justru kadang lebih sering dilakukan meski sudah tahu bahwa itu tidak akan selesai dan akhirnya menimbulkan perpecahan. Hal ini kemudian menjadikan umat Islam tidak mau bekerja sama untuk menegakkan Islam. Ini jelas tidak menguntungkan Islam. Padahal perbedaan semacam ini adalah sebuah keniscayaan. Seharusnya dalam rangka memajukan Umat Islam khususnya di bumi Indonesia tercinta ini  segenap kaum muslimin bersatu padu, bahu membahu dan bekerja sama, membentuk barisan yang rapat dan kokoh  bukan malah berpecah-belah.

3.      Problem yang bersumber dan berasal dari kebodohan dan kemiskinan.
Berdasarkan hasil SP2010, persentase penduduk DKI Jakarta umur 7-15 tahun yang belum/tidak sekolah sebesar 1,12 persen dan yang tidak sekolah lagi sebesar 5,22 persen.
Sedangkan tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di provinsi DKI Jakarta mencapai 3,79 persen.

4.      Problem yang bersumber dan berasal dari Kurangnya komitmen melaksanakan ajaran Islam.
Jauhnya umat Islam dari kehidupan Islami menyebabkan ajaran-ajaran Islam tidak terwujud dalam kehidupan sehari-hari.

5.      Problem yang bersumber dan berasal dari kondisi internal kaum muslimin secara keseluruhan.
pertama, kurangnya keinginan untuk mendengarkan kebajikan. Disadari atau tidak
padatnya agenda kerja menjadikan kita semakin jauh dari kesempatan untuk mendatangi dan mendengarkan tausiyah.  Kita lebih disibukkan dengan berbagai urusan dunia yang begitu gemerlap. Dunia dengan segala kesenangan nafsu begitu memperdaya  kesanggupan kekuatan kita untuk melangkah mencari sumber kebajikan. Lemahnya semangat untuk mendatangi, mendengarkan tausiyah juga menjadi indikasi awal melemahnya kekuatan iman. Karena hati yang dipenuhi dengan iman akan senantiasa haus dengan ilmu dan kebaikan. Sedangkan hati yang semakin kosong dari iman akan disibukkan dengan hal-hal yang tidak bernilai untuk akhirat. Tentang hamba-hamba dunia ini Allah telah menggambarkan dalam qs. Al hadiid :  dimana manusia begitu berlomba mengejar kenikmatan dunia sehingga mereka melupakan kehidupan akhirat.
“Ketauhilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia adalah permainan dan senda gurau dan perhiasan dan kalian saling berbangga diantara kalian dan saling berlomba dalam harta dan keturunan (anak)”
Mereka lupa bahwa diakhirat hanya ada dua balasan yaitu adzab allah yang pedih atau ampunan dan ridhoNya. “ wafil akhiroti ‘adzabun syadiidun wa maghfirotun minallaoh wa ridhwaan”
kedua, system masyarakat yang seolah-olah membuat masyarakat gengsi untuk mendengarkan ceramah majelis ta’lim. Musuh-musuh islam telah merubah budaya kehidupan masyarakat sehingga semakin jauh dari nuansa ruhiyah. Masyarakat melalui tayangn televisi, media cetak maupun elektronik telah  didekatkan dengan budaya hedonis, konsumtif dll. Dengan demikian budaya untuk menghadiri majelis ta’lim seolah-olah telah menjadi tradisi kuno dan telah lekang dimakan usia. Atau hal itu hanya pantas dilakukan oleh orang-orang tua saja.
ketiga lemahnya amar ma’ruf nahi munkar. Allah telah mengingatkan bahwa manusia akhir zaman akan disebut sebagai “ khoirul ummat” ketika mereka mampu menjalankan fungsi social masyarakat mereka yaitu saling mnegingatkan dalam kebaikan dan saling mencegah dalam kemungkaran. Syarat keberlangsungan kehidupan yang saling menghargai, mengasihi dan menyayangi adalah adanya kebaikan –kebaikan individu dalam setiap tatanan masyarakat. Kemudian kebaikan kebaikan individu tersebut akan mendorong orang lain untuk juga bersikap yang sama dengan jalan saling mengingatkan dan ketauladanan yang nyata. Sikap kritis terhadap sesama dan kepedulian terhadap degradasi akhlak sesama akan menjadi langkah awal bagi terwujudnya kehidupan yang bermoral dan bermartabat.
2. Kedua, problem-problem dakwah eksternal (مشكلات الدعوة الخارجية), yakni problem-problem yang bersumber dan berasal dari berbagai kalangan dan pihak di luar kaum muslimin. Problem-problem, hambatan-hambatan dan tantangan-tantangan dakwah yang bersifat eksternal tentu saja banyak dan beragam sekali, namun secara umum bisa kita ilustrasikan dan ringkaskan dalam empat poin di bawah ini:
            1. Berupa makar yang terus-menerus dan bertubi-tubi dari musuh-musuh Islam dan kaum muslimin.
                (lihat: QS.Al-Anfaal [8]: 30; QS. Ar-Ra'd [13]: 42; QS. Ibrahim [14]: 46; QS. Saba' [34]: 33; QS. Ath-Thaariq [86]: 15-17; Dan lain-lain).
            2. Kerja sama mereka dalam membuat dan melaksanakan konspirasi terhadap Islam,  dakwah Islam dan kaum muslimin (QS. Al-Anfaal [8]: 73; QS. An-Naml [27]: 48-53).
            3. Keragaman cara mereka dalam dalam upaya-upaya menghambat, menghadang dan  menghentikan setiap laju dakwah Islam.
            4. Kekuatan, kecanggihan dan kemodernan sarana dan prasarana yang mereka pakai dan  gunakan dalam membuat dan melaksanakan makar dan konspirasi mereka terhadap Islam, dakwah, pergerakan dan kaum muslimin.
Problematika Dakwah di daerah perkotaan
Secara khusus Problematika Dakwah di Kota Administrasi Jakarta Timur adalah sebagai berikut
A.    Yang berkaitan dengan anak-anak dan remaja
1.   Maraknya peredaran dan penggunaan Narkoba dikalangan remaja.
2.   Maraknya tawuran dikalangan anak-anak dan remaja trendnya akan meningkat selama bulan ramadhan yang dilakukan setelah sahur.
3.   Masalah penggunaan media sosial seperti, HP, internet dan gadget lainnya.
4.   Adanya remaja putus sekolah
B.     Yang berkaitan dengan lingkungan
1.      Adanya Lokasi Prostitusi terselubung yang terdapat dibereapa tempat di kota-kota besar. Lokasi prostitusi tersebut telah berlangsung cukup lama dan meresahkan serta memberikan pengaruh yang begitu besar bagi rusaknya akhlak lingkungan masyarakat sekitar. Upaya pembubaran biasanya dilakukan oleh masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat sekitar, tetapi sering tidak berhasil karena dilindungi oleh oknim aparat.
2.      Adanya pabrik/perusahaan yang melaksanakan sift kerja malam. Pada saat jam pulang kerja malam sebagian karyawan tidak langsung pulang kerumah tetapi duduk-duduk ngobrol dipinggir jalan sehingga mengganggu penduduk setempat dan terbuka peluang terjadinya kriminalitas.
C.     Yang berkaitan dengan Pendidikan Keagamaan.
Kurangnya peminat dikalangan pemuda untuk mendalami ilmu-ilmu agama.

Strategi dakwah di daerah perkotaan.
A.    Yang berkaitan dengan anak-anak dan remaja
1.      Menumbuhkan kembangkan wadah-wadah anak-anak dan remaja untuk mengisi waktu dan mengembangkan kreatifitas mereka, seperti Taman Pendidikan Al-Qur’an, Remaja Masjid dan karang Taruna.
2.      Bekerja sama dengan tokoh-tokoh dan perusahaan-perusahaan yang berada di lingkungan setempat untuk mengadakan kursusu-kursus atau pelatihan bagi para remaja putus sekolah.
B.     Yang berkaitan dengan lingkungan
1.      Bekerja sama dengan instansi terkait untuk menghilangkan lokasi prostitusi

2.      Menjalin komunikasi dengan pihak perusahaan yang berada dilingkungan setempat agar pengaruh buruk keberadaan perusahaan dapat diatas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.