Kamis, 27 Agustus 2020

RASULULLAH TERSENYUM MALU..

 


Pada zaman Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa aali wasallam, hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid, yang berumur 35 tahun, namun belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah (teras) masjid Madinah.

Ketika sedang mengasah pedangnya, tiba-tiba Rasulullah Saw datang dan mengucapkan salam. Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.

“Wahai saudaraku Zahid…selama ini engkau sendiri saja,” Rasulullah Saw menyapa.

“Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid, sambil tertunduk tak kuasa melihat kharismatik wajah Beliau.

“Maksudku kenapa engkau selama ini membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah…,?” Tanya Rasulullah Saw.

Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku tak tampan, siapa yang mau dengan diriku ya Rasulullah?”

”Asal engkau mau, itu urusan yang mudah.” Kata Rasulullah Saw sambil tersenyum.

Kemudian Rasulullah Saw memerintahkan Sahabatnya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita.

Setelah surat itu selesai ditulis, maka Rasulullah memberikan surat tersebut kepada Zahid dan memerintahkan agar segera mendatangi rumah Said dan menyerahkan surat lamaran tersebut kepadanya.

Disebabkan di rumah Said sedang ada tamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said.

“Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasulullah yang mulia diberikan untukmu saudaraku.”

Said menjawab, “Wah, ini adalah suatu kehormatan buatku.”

Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya.

Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, “Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?”

Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah melihat aku berbohong...”

Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata, “Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini… bukankah lebih baik di persilahkan masuk?”

“Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya,” kata ayahnya.

Di saat Zulfah melihat Zahid, sambil menangis ia berkata,
“Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau dengan dia ayah..!”

Zulfah merasa dirinya terhina.

Maka Said berkata kepada Zahid, “Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau…bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak.”

Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama Rasulullah?”

Akhirnya Said berkata, “Lamaran kepada dirimu ini adalah perintah Rasulullah.”

Zulfah kaget kemudian beristighfar beberapa kali,
أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ...أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ...أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ...
Ia menyesal atas kelancangan perbuatannya itu. Seketika ia berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah, kenapa tidak sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dinikahkan dengan pemuda ini.
Karena aku ingat firman Allah dalam Al-Qur’an surah An Nur:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (النور ٥١)
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka diminta Allah dan Rasul-Nya agar Rasul yang mengadili (mengambil keputusan ) diantara mereka, ucapan yang muncul hanyalah : Kami mendengar, dan kami patuh/taat”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."
(QS. An Nur 24:Ayat 51)”

Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang-layang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada taranya, dan segera melangkah pulang.

Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasulullah yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.

“Bagaimana Zahid?”

“Alhamdulillah lamarannya diterima ya Rasulallah,” jawab Zahid.

“Apakah sudah ada persiapan?”

Zahid menundukkan kepala sambil berkata, “Ya Rasulallah, aku tidak memiliki apa-apa.”

Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke beberapa sahahbat untuk membantunya mendapatkan uang untuk menikah.

Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli perlengkapan perkawinan.

Tak lama kemudian setibanya di pasar, bersamaan itu pula ada pengumuman Jihad untuk perang melawan orang kafir yang mau menyerang masyarakat muslim Madinah.

Zahid Mulai bingung untuk menentukan sikap, menikah atau berjuang demi Agama Allah.

Akhirnya dia mencoba kembali lagi ke masjid. Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya, “Ada apa ini?”

Sahabat menjawab, “Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, apakah engkau tidak mengetahui?”

Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, “Wah jika begitu uang untuk menikah ini akan aku belikan baju besi dan kuda yg terbaik, aku lebih memilih jihad bersama Rasulullah dan menunda pernikahan ini."

Para sahabat menasihatinya, “Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau malah hendak berperang?”

Zahid menjawab dengan tegas, “Hatiku sudah mantap untuk bersama Al Musthafa Rasulullah pergi berjihad.”

Lalu Zahid membacakan ayat AlQur'an di hadapan sahabat Nabi:

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (التوبة ٢٤)
“Katakanlah, Jika bapak -bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum kerabatmu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu kuatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai , itu semua lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dengan) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At Taubah, 9:24).

Akhirnya Zahid maju ke medan pertempuran. Dengan hebatnya beliau bertempur, banyak dari kaum kafirin tewas di tangannya dan pada akhirnya beliau mendapatkan syahid. Gugur demi membela agama Allah dan Rasulullah. . .

Peperangan telah usai, kemenangan direbut oleh Rasul dan pasukannya.

Senja yang penuh dengan keberkahan ketika Rasullullah memeriksa satu persatu yang telah gugur di jalan Allah, sebagai Syuhada Allahu azza wajalla.

Nampak dari kejauhan sosok pemuda yg bersimbah darah dengan luka bekas sasatan pedang.

Rasulullah menghampiri jasad pemuda itu sambil meletakkan kepalanya di pangkuan manusia agung ini. Habiballah
memeluknya sambil menangis tersedu-sedu, "Bukankah engkau ya Zahid yg hendak menikah malam ini ??"
Tapi engkau memilih keridhaan Allah, berjihad bersamaku."

Tak lama kemudian Rasulullah tersenyum sembari memalingkan muka ke sebelah kiri karena malu.
Disebabkan karena ternyata sesosok bidadari cantik dari Surga menjemput Ruh mulia pemuda ini, dan tak sengaja gaunnya tersingkap hingga betisnya yang indah terlihat.
Ini yang membuat Rasulullah malu.

Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah.”

Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur’an;

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ * فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (آل عمران ١٦٩ - ١٧٠)
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, sejatinya mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan bahagia disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
(QS. Ali Imran, 3:169-170.)

Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata, dan Zulfah pun berkata,
“Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak dapat mendampinginya di dunia, maka izinkanlah aku mendampinginya di akhirat.”.......

اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آله وصحبه أجمعين

Sumber : FB Sejarah Ulama dan Karamahnya

Selasa, 25 Agustus 2020

KENALI STUNTING DAN CARA PENCEGAHANNYA.


Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek atau perawakan pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Umumnya disebabkan asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.

Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi Balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan WHO (20%). Tahun 2015 Indonesia tertinggi ke-2 dibawah Laos untuk jumlah anak stunting. Indonesia merupakan negara nomor empat dengan angka stunting tertinggi di dunia. Lebih kurang sebanyak 9 juta atau 37 persen balita Indonesia mengalami stunting (kerdil).

Faktor lingkungan yang berperan dalam menyebabkan perawakan pendek antara lain status gizi ibu, tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, pola pemberian makan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan angka kejadian infeksi di awal kehidupan seorang anak. Selain faktor lingkungan, juga dapat disebabkan oleh faktor genetik dan hormonal. Akan tetapi, sebagian besar perawakan pendek disebabkan oleh malnutrisi.

Jika gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang ditimbulkan memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang. Gejala stunting jangka pendek meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, perkembangan otak yang tidak maksimal yang dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar tidak maksimal, serta prestasi belajar yang buruk. Sedangkan gejala jangka panjang meliputi obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.

Untuk mencegah stunting , konsumsi protein sangat mempengaruhi pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan. Anak yang mendapat asupan protein 15 persen dari total asupan kalori yang dibutuhkan terbukti memiliki badan lebih tinggi dibanding anak dengan asupan protein 7,5 persen dari total asupan kalori. Anak usia 6 sampai 12 bulan dianjurkan mengonsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat badan. Sementara anak usia 1–3 tahun membutuhkan protein harian sebesar 1,05 g/kg berat badan. 

1000 hari pertama kehidupan merupakan periode kritis terjadinya Stunting

Dampak stunting umumnya terjadi disebabkan kurangnya asupan nutrisi pada 1.000 hari pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun. Permasalahan stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru akan terlihat ketika anak sudah menginjak usia dua tahun. Awal kehamilan sampai anak berusia dua tahun (periode 1000 Hari Pertama Kehidupan) merupakan periode kritis terjadinya gangguan pertumbuhan, termasuk perawakan pendek. Gejala stunting pada anak diantaranya : Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya. Berat badan rendah untuk anak seusianya. Pertumbuhan tulang tertunda

Antisipasi stunting pada anak dengan cara : 

1. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur.

2. Menghindari asap rokok dan memenuhi nutrisi yang baik selama masa kehamilan antara lain dengan menu sehat seimbang, asupan zat besi, asam folat, yodium yang cukup.

3. Melakukan kunjungan secara teratur ke dokter atau pusat pelayanan kesehatan lainnya untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu:setiap bulan ketika anak anda berusia 0 sampai 12 bulansetiap 3 bulan ketika anak anda berusia 1 sampai 3 tahunsetiap 6 bulan ketika anak anda berusia 3 sampai 6 tahunsetiap tahun ketika anak anda berusia 6 sampai 18 tahun.

4. Mengikuti program imunisasi terutama imunisasi dasar.

5. Memberikan ASI eksklusif sampai anak anda berusia 6 bulan dan pemberian MPASI yang memadai.


Narasumber :
dr. Inggriani Tobarasi, SpA, Mkes
Dokter Spesialis Anak RS Awal Bros A.Yani
Sumber : Awalbros.com

Kamis, 30 Juli 2020

CARA SHALAT IDUL ADHA DALAM SITUASI PANDEMI COVID-19


Oleh : Ma'arif Fuadi
Hari Raya Idul Adha 1441 H yang jatuh pada tanggal 31 Juli 2020 akan dilaksanakan dalam situasi Pandemi Corona Virus Desease (Covid-19). Diantara kegiatan hari raya Idul Adha yang dilakukan oleh umat Islam yaitu shalat Idul Adha. Shalat Idul Adha   dilaksanakan dengan berjamaah dan diikuti oleh banyak orang sehingga berpotensi terjadi penyebaran dan penularan Covid-19. Oleh karena itu pelaksanaan Shalat Idul Adha 2020 /1441 H selain harus berdasarkan ketentuan syar’i juga harus memenuhi protokol kesehatan.

Sholat Idul Adha dalam ajaran Islam disyariatkan berdasarkan Al-Qur’an, Assunnah dan Ijma Ulama. Dikerjakan sebanyak 2 rakaat pada hari raya Idul Adha yang dilaksanakan setiap tanggal 10 bulan Dzulhijjah. Hukum Shalat Idul Adha adalah Sunnah Muakkadah, yaitu sunah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Waktu Shalat Idul Adha dimulai sejak terbitnya matahari   pada tanggal 10 Zulhijah   yaitu ketika matahari telah meninggi kira-kira seukuran tombak dan berakhir sampai masuknya waktu Zuhur pada hari tersebut. Shalat Idul Adha lebih diutamakan dikerjakan pada awal waktu untuk memberikan kesempatan bagi jamaah untuk menyembelih hewan kurban. Shalat Idul Adha dikerjakan tanpa dikumandangkan adzan dan juga iqamat.

Hal-hal sunnah yang dilakukan pada saat hari raya Idul Adha adalah :

1.    Mandi.
    Niat mandi hari raya adalah sebagai berikut :

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِعِيْدِ اْلأَضْحٰى سُنَّةً ِللهِ تَعَالٰى.
    Artinya: Aku berniat mandi untuk shalat Idul Adha sunnah karena Allah Ta'ala.

2. Berhias, dan memakai wangi-wangian.
Disunahkan bagi laki-laki untuk berdandan saat akan menunaikan hari raya Idul Adha dengan memakai pakaian yang bagus. Sedangkan untuk perempuan Imam Syafi’i berkata: saya lebih menyukai apabila kaum wanita yang hendak menghadiri shalat hari raya atau shalat-shalat yang lain dalam keadaan bersih, tidak memakai wangi-wangian, tidak memakai pakaian yang mencolok dan tidak juga memakai perhiasan. Namun hendaknya menggunakan pakaian yang sederhana.

3. Disunahkan berangkat pagi-pagi.

4. Tidak makan/minum terlebih dahulu sebelum berangkat shalat Idul Adha.

5. Menempuh jalan yang berbeda pada saat berangkat dari dan pulang ke rumah

6. Memperbanyak Takbir.
Pada hari Raya Idul Adha disunahkan membaca  takbir dimulai sejak shubuh hari arafah tanggal 9 dzulhijjah sampai waktu ashar hari tasyriq yang berakhir pada tanggal 13 dzulhijjah, dan disunatkan bertakbir pada setiap selesai shalat fardhu selama hari Tasryik tersebut.

7. Mengungkapkan tahniah (ungkapan suka cita) atas datangnya hari raya disertai dengan berjabat tangan. Tetapi karena Idul Adha 1441 H / 2020 dalam situasi pandemic Covid-19 yang mengharuskan adanya jaga jarak maka ungkapan tahniah cukup dengan saling mendo’akan seperti do’a :

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا مِنْكُمْ،كُلَّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ

Shalat Idul Adha 1441 H/2020 dilaksanakan dalam situasi Pandemi Corona Virus Desease (Covid-19) maka  para jamaah hendaknya melaksanakan protokol kesehatan diantaranya :

1.    Memakai masker sejak dari Rumah, ketika berada di tempat shalat sampai pulang kembali kerumah;

2.    Menjaga jarak;

3.    Mencuci tangan serta berwudhu sebelum dan setelah shalat Idul Adha

4.    Membawa peralatan shalat sendiri;

5.    Membawa kantung alas kaki/sandal;

6.    Mengganti pakain dengan yang bersih selesai melaksanakan shalat Idul Adha.

7.    Tidak memaksakan diri untuk mengikuti shalat jika kondisi tubuh dalam keadaan kurang sehat

Cara Melaksanakan Shalat Idul Adha.

1.    Berniat shalat Idul Adha disertai takbiratul ihram. Niatnya adalah:

أُصَلِّيْ سُنَّةً لِعِيْدِ اْلأَضْحٰى رَكْعَتَيْنِ ِللهِ تَعَالٰى.
      Artinya: Aku niat Shalat sunat hari raya Idul Adha dua rakaat karena Allah Ta’ala.

2.    Setelah takbiratul ihram, dilanjutkan membaca do’a iftitah, kemudian melakukan takbir sebanyak tujuh kali pada raka’at pertama, dan lima kali pada raka’at kedua. Disela-sela takbir membaca tasbih:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ ِللهِ وَلاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

3.    Membaca surat Al Fatihah kemudian dilanjutkan membaca surah-surah yang disunahkan seperti surah al-‘ala pada rakat pertama dan surah al-ghatsiyah pada rakaat kedua.

4.    Khatib melaksanakan khutbah pertama. Selesai khutbah, khatib duduk sejenak.

5.    Selesai duduk, khatib melanjutkan dengan khutbah kedua sampai selesai.

6.    Setelah khatib selesai menyampaikan khutbah maka prosesi shalat Idul Adha selesai.


Minggu, 21 Juni 2020

MENJAGA KETAKWAAN PASCA RAMADHAN


Satu bulan lamanya umat Islam melaksanakan ibadah di Bulan Suci Ramadhan. Sejatinya ibadah Ramadhan baik yang wajib maupun yang sunah dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt dan meningkatkan hubungan baik dengan sesama manusia. Tapi kenyataannya setelah Ramadhan berlalu banyak diantara kita kembali menjauh dari Allah SWT. Lalu apa yang harus kita lakukan agar kebaikan-kebaikan yang kita laksanakan di bulan Ramadhan tidak hilang begitu saja seiring berlalunya bulan suci Ramadhan ?

1. Memohon Keteguhan Iman kepada Allah SWT.

Bulan suci ramadhan adalah bulan peningkatan iman dan taqwa. Dibulan Ramadhan kita melaksanakan ibadah puasa, shalat tarawih, tadarrus al-qur’an, sodaqoh dan ibadah lainnya yang dengan ibadah-ibadah itu meningkat keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Setelah bulan Ramadhan selesai kita mohon kepada Allah swt agar hati kita tetap kuat dan semangat untuk melaksanakan perintah-perintah Allah SWT sebagaimana kita semangat ketika melaksanakan perintah-perintah itu di bulan Ramadhan. Rasulullah SAW mengajarkan doa kepada kita:

عن أَنَسٍ رضى الله عنه قَالَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَيَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ,فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِآمَنَّا بِكَوَبِمَا جِئْتَ بِهِفَهَلْ تَخَافُ عَلَيْنَا؟ قَالَنَعَمْإِنَّ الْقُلُوبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ,يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ

Artinya : Dari Anas RA berkata, adalah Rasulullah SAW memperbanyak do’a, “Yaa muqallibal quluub, tsabbit qalbi ‘alaa diinik. Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku atas agamamu. Anas berkata: Wahai Rasullulh kami beriman kepadamu dan kepada apa yang datang padamu, apa yang kau khawatirkan? Beliau bersabda: Ya, sesungguhnya hati itu ada di antara dua jari dari jari-jari Allah, Allah membolak-balikkan kepada yang dikehendaki-Nya. (HR Tirmidzi).

Hati manusia bisa condong kepada kebaikan dan kepada keburukan karena di dalam diri manusia terdapat bisikan dari setan yang selalu mengajak kepada keburukan dan bisikan dari malaikat yang selalu mengajak kepada kebaikan.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِلشَّيْطَانِ لَمَّةً بِابْنِ آدَمَ وَلِلْمَلَكِ لَمَّةً فَأَمَّا لَمَّةُ الشَّيْطَانِ فَإِيعَادٌ بِالشَّرِّ وَتَكْذِيبٌ بِالْحَقِّ وَأَمَّا لَمَّةُ الْمَلَكِ فَإِيعَادٌ بِالْخَيْرِ وَتَصْدِيقٌ بِالْحَقِّ فَمَنْ وَجَدَ ذَلِكَ فَلْيَعْلَمْ أَنَّهُ مِنَ اللَّهِ فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ اْلأُخْرَى فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ثُمَّ قَرَأَ الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمْ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ

Artinya : Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya setan memiliki bisikan pada manusia, malaikat juga memiliki bisikan. Bisikan setan  menjanjikan keburukan dan mendustakan kebenaran. Sedangkan bisikan malaikat  menjanjikan kebaikan dan mempercayai kebenaran. Barangsiapa mendapatkan bisikan kebaikan dan kebenaran, maka ketahuilah bahwa itu dari Allah, kemudian hendaklah dia memuji Allah. Dan barangsiapa mendapatkan bisikan keburukan dan mendustakan kebenaran, maka hendaklah dia berlindung kepada Allah dari  setan yang terkutuk”. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat: ( al-Baqarah/2: 268)

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya : Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat keji. (HR. Tirmidzi).

Di dalam Al-Qur’an diceritakan bahwa orang-orang yang ilmunya mendalam (Arrasikhuna fil ilmi) senantiasa berdo’a kepada Allah swt agar diberikan ketetatapan hati dalam menjalankan agama dan tidak tergelincir dalam kesesatan.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
Artinya : "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)". (QS. Ali Imran ayat 8)


2. Istiqomah dalam Melaksanakan Perintah Allah.

Imam Nawawi menjelaskan makna istiqamah adalah luuzumu tha’atillah yaitu tetap konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah ta’ala. Oleh karena itu ketaatan kita kepada Allah bukan hanya di  bulan Ramadhan, seyogyanya kita tetap taat kepada Allah dan selalu meningkatkan amal shalih meskipun diluar bulan Ramadhan.
Allah swt berfirman dalam surat Al-Hijr ayat 99 :
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
Artinya : Sembahlah Tuhanmu sampai kematian datang menjemputmu.

Rasulullah saw bersabda :

كانَتْ لنا حَصيرةٌ نَبسُطُها بالنَّهارِ، ونَحتَجِرُها بالليلِ، فصلَّى فيها رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ ذاتَ ليلةٍ فسمِعَ المُسلِمون قِراءَتَه، فصَلَّوْا بصَلاتِه، فلمَّا كانَتِ الليلةُ الثانيةُ كَثُروا، فاطَّلَعَ إليهم فقال: اكْلُفوا مِن الأعمالِ ما تُطيقونَ؛ فإنَّ اللهَ لا يَمَلُّ حتى تَمَلُّوا، وكان أحَبُّ العَمَلِ إليه أدْوَمَهُ، وإنْ قَلَّ، قالَتْ: وكان إذا صلَّى صلاةً أثبَتَها.

Artinya : Dari Aisyah radliallahu 'anha bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kerjakanlah suatu amalan itu sesuai dengan kemampuan kalian, karena Allah tidak akan bosan sehingga diri kalianlah yang bosan, sesungguhnya amalan yang paling di cintai Allah adalah yang di kerjakan secara terus menerus walaupun sedikit." apabila beliau mengerjakan suatu amalan, beliau akan mengerjakannya secara rutin." (HR Abu Daud).

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Sarjis, bahwa jika ingin bermusafir Rasulullah berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْحَوْرِ بَعْدَ الْكَوْرِ

Ya Allah, aku mohon perlindungan-Mu agar terhindar dari berbuat dosa (الحور) setelah berbuat ketaatan (الكور). Aku mohon perlindungan-Mu agar terhindar dari kemunduran setelah meraih kemajuan. (Hadis riwayat Ibnu Majah & Tirmizi).

Seorang ulama shalih Yahya bin Muadz berkata :
قال يحيى بن معاذ: "من استغفر بلسانه وقلبه على المعصية معقود، وعزمه أن يرجع إلى المعصية بعد الشهر ويعود، فصومه عليه مردود، وباب القبول في وجهه مسدود"
Artinya : “Barangsiapa meminta ampunan (kepada Allah) dengan ucapan lisannya, sementara hatinya merasa terikat dengan perbuatan maksiat, dan bahkan ia berkeinginan kuat untuk mengulangi lagi perbuatan maksiatnya, maka puasanya ditolak Allah, dan pintu diterimanya amal tertutup baginya.”

3. Puasa 6 hari di bulan Syawal.

Puasa Syawal untuk menjaga agar amal ibadah kita tetap kontinyu meski di luar bulan Ramadan. Pada saat berhari raya orang bergembira merayakannya, makan dengan makanan yang beraneka macam dan berpakaian dengan pakaian yang bagus. Supaya tidak terlena dengan kegembiraan dihari raya itu Rasulullah saw mengingatkan untuk melaksanakan puasa Syawal yang pahalanya seperti melaksanakan puasa 1 tahun. Sebagaimana sabda nabi SAW

قال النبي : ‏‏" مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ " ‏رواه مسلم

Artinya : “ Nabi saw bersabda barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan lalu diiringi dengan puasa enam hari pada bulan Syawwal, maka dia seperti puasa satu tahun.”

Para ulama menjelaskan mengenai hadist di atas bahwa puasa Ramadhan selama 30 hari ditambah puasa Syawal 6 hari berjumlah 36 hari. Setiap 1 hari puasa dibalas dengan 10 pahala kebaikan, sehingga puasa 30 hari Ramadhan ditambah puasa 6 hari Syawal setara dengan 360 hari atau satu tahun.