Sekarang ini
kita hidup pada era informasi dan globalisasi yang ditandai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkat nikmat Allah, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dapat
kita manfaatkan untuk memperoleh kemudahan-kemudahan dalam hidup, termasuk dalam
memanfaatkan hasil teknologi sebagai sarana ibadah.
Pada dasamya,
agama Islam memperbolehkan manusia memanfaatkan hasil teknologi untuk sarana
ibadah, sepanjang hal itu tidak merubah tata cara, substansi atau nilai-nilai
ibadah sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Jadi, tak ada
masalah dengan pemanfaatan teknologi untuk kemudahan dalam masalah-masalah
kegamaan, karena Islam sendiri adalah sebuah agama yang salah satu prinsip
dasar ajarannya memberikan kemudahan-kemudahan dan tidak mempersulit kepada
umatnya, termasuk dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Sebagaimana telah
difirmankan dalam surat al-Hajj ayat 78:
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
(78) الحاج
Artinya:
Dan Dia
sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (AI-Haj,
22:78).
Sahkah shalat
orang yang bermakmum melalui layar monitor ? Di bawah ini dikutipkan penjelasan
syarat – syarat mengikuti imam (bermakmum) yang terdapat di dalam kitab Fathul
Muin halaman 36
Hukum mengumandangkan adzan dengan kaset
Pada dasamya,
adzan boleh dilakukan secara langsung atau melalui kaset rekaman, karena tujuan
utama adzan adalah memberitahukan tentang telah masuknya waktu shalat dan
mensyi'arkan agama Islam melalui kalimat-kalimat dan tata cara yang diajarkan
serta dicontohkan,oleh Rasulullah SAW. dengan niat ikhlas, semata-mata karena
Allah SWT. Sebagaimana dikatakan Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqh as- Sunnah:
"Adzan
adalah suatu pemberitahuan tentang telah masuknya waktu shalat yang diucapkan
dengan lafadz¬-lafadz tertentu dan juga merupakan panggilan untuk melaksanakan
shalat berjamaa' ah serta menampakkan syi' ar Islam".
Sungguhpun
demikian, untuk memperoleh fadlilah (keutamaan) suatu ibadah sebagaimana
dicontohkan oleh Rasulullah SAW., maka setiap akan shalat fardhu shalat Jum'
at, kita disunnahkan melaksanakan adzan dan iqamat secara langsung. Sebagaimana
disabdakan Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan dari sahabat Malik ibn
al-Huwairits, sebagai berikut:
عَنْ مَالِكٍ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ....قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ.....وَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَالْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ
أَكْبَرُكُمْ
Artinya:
"Dari
Malik bin al-Huwairits berkata bahwa Rasulullah SA W bersabda: Apabila waktu
shalat telah masuk, hendaklah salah seorang di antara kamu mengumandangkan
adzan dan hendaklah yang tertua di antara kamu menjadi imam".
apakah diwajibkan menjawab adzan yang didengar
di televisi atau radio?
Pertanyaan
semacam ini pernah disampaikan kepada Syaikh Dr. Abdul karim al-Hudhair.
Berikut jawaban yang beliau sampaikan,
الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من لا نبي بعده. وبعد.
الأذان الصادر من خلال الآلات إما أن يكون حياً ينقل، أذان الحرم ينقل عبر الإذاعة،
أو أذان الجامع الكبير في الرياض مثلاً ينقل عبر إذاعة القرآن مثلاً، فهذا أذان حقيقي
له أحكام الأذان فيجاب، غاية ما هنالك أنه بُلِّغ من لم يسمعه كالمكبر، كمكبر الصوت.
Alhamdulillah
wahdah was shalatu was salamu ‘ala man la nabiyya ba’dah, amma ba’du,
Adzan yang
dikumandangkan melalui alat tertentu ada dua macam:
Pertama, adzan
yang disiarkan secara langsung, seperti adzan Masjidil Haram yang disiarkan
langsung melalui radio, atau adzan Masjid Jami’ di Riyadh, yang disiarkan
langsung melalui Radio Alquran, adzan semacam ini adalah adzan hakiki, yang
dihukumi sebagaimana layaknya adzan, sehingga disyariatkan untuk dijawab.
Paling tidak, adzan ini dikumandangkan agar didengar oleh orang yang tidak bisa
mendengar langsung, sebagaimana pengeras suara.
أما إذا كان على شريط وليس بحيّ، سجل والمؤذن غير موجود، وقد يكون المؤذن ميتاً!
يؤذن المنشاوي الآن في بعض الإذاعات، والمنشاوي مات من سنين، محمود رِفْعت يؤذن وهو
ميت من أربعين سنة، مثل هذا لا يجاب ولا يأخذ حكم الأذان.
والله أعلم.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم.
Kedua, adzan
rekaman kaset, dan bukan siaran langsung adzan seseorang, hasil rekaman dan
tidak ada muadzinnya, dan bahkan bisa jadi muadzin yang direkam sudah
meninggal! Misalnya adzannya Shiddiq al-Minsyawi yang dikumandangkan melalui
beberapa radio, padahal al-Minsyawi sudah meninggal beberapa tahun silam, atau
adzannya Mahmud Rif’at padahal beliau sudah meninggal 40 tahun silam, adzan
rekaman semacam ini tidak perlul dijawab dan tidak dihukumi sebagai adzan.
والله اعلم