![VideoItem](https://nu.or.id/_next/image?url=https%3A%2F%2Fstorage.nu.or.id%2Fstorage%2Fpost%2F16_9%2Fmid%2F146184936857220d185114b.jpg&w=3840&q=75)
Demikian juga dengan Rasulullah saw yang hidup pada waktu yang terbatas pada masanya, tentu banyak persoalan2 hukum yang terjadi pada masa sahabat, masa kini dan pada masa yang akan datang tidak terjadi pada masa Rasulullah saw. Oleh karena itu untuk mengantisipasi hal ini Rasulullah berpesan kepada ummatnya untuk berpegang teguh kepada sunnahnya dan kepada sunnah sahabatnya yaitu Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk ( 'alaikum bissunnati wasunnatil khulafair rasyidin al-mahdiyyin).
Para sahabatpun terbatas masa hidupnya, sehingga perjuangan Rasulullah diteruskan oleh para 'ulama (al'ulama warasatul anbiya). Dengan memperhatikan perkembangan umat islam baik secara geografis ataupun karena semakin banyaknya ummat islam yang kemudian menimbulkan permasalahan baru, maka para sahabat nabi maupun para ulama tidak selamanya mengamalkan hal yang sama dengan Rasulullah dalam hal ibadahnya, selama hal tersebut tidak ada larangan dari nabi untuk mengamalkanya. Contohnya Saidina Utsman yang melaksanakan adzan dua kali dalam shalat Jum'at mengingat pemeluk agama Islam yang sudah semakin banyak pada saat itu dan rumahnya jauh dari dari masjid. Padahal adzan dua kali dalam shalat Jum'at tidak pernah dilakukan Rasulullah saw. Demikian juga sahabat Nabi Abu Bakar yang melaksanakan shalat Tarawih 20 rakaat ditambah wiitir 3 rakaat tidak pernah diamalkan oleh nabi. Terdapat juga riwayat yang menceritakan: "Imam Masjid Quba yg selalu menyertakan surat Al Ikhlas bila ia menjadi Imam, selalu ia membaca surat Al Ikhlas di setiap rakaatnya setelah surat Al Fatihah, ia membaca Al Fatihah, lalu Al Ikhlas, baru surat lainnya, demikian setiap rakaat ia lakukan, dan demikian pada setiap shalatnya, bukankah ini kebiasaan yg tak diajarkan oleh Rasulsaw ? bukankah ini menambah nambahi bacaan dalam shalat?. Maka makmumnya berdatangan pada Rasul saw seraya mengadukannya, maka Rasul saw memanggilnya dan bertanya mengapa ia berbuat demikian, dan orang itu menjawab Inniy Uhibbuhaa (aku mencintainya), yaitu ia mencintai surat Al Ikhlas, hingga selalu menggandengkan Al Ikhlas dengan Alfatihah dalam setiap rakaat dalam shalatnya. Apa jawaban Rasul saw?, beliau bersabda: “ Hubbuka iyyahaa adkhalakal Jannah (cintamu pada surat Al Ikhlasitulah yang akan membuatmu masuk sorga).” Hadits ini duakali diriwayatkan dalam Shahih Bukhari. Kitab shahih Bukhari adalah kitab hadits yang terkuat dari seluruh kitab hadits lainnya untuk dijadikan dalil. Akan jelaslah Rasul saw tak melarang berupa ide–ide baru yang datang dari iman, selama tidak merubah syariah yang telah ada, apalagi hal itu merupakan kebaikan." (Dikutip dari buku Meniti Kesempurnaan Iman karangan Habib Munzir AlMusawa).
Begitu juga para ulama yang melalui metode qiyas membolehkan kita berzakat dengan beras, padahal nabi berzakat dengan kurma. Apakah yang dilakukan oleh para sahabat nabi ini haram? Apakah yang dilakukan oleh para sahabat nabi ini bid'ah sesat ? Dan apakah karena dengan sebab melakukan yang bid'ah dan haram ini sahabat lalu menjadi orang yang menentang Allah dan akan dimasukan kedalam neraka? Tentu saja tidak, Karena melalui sabdanya Rasulullah menjelaskan bahwa para para sahabat nabi itu adalah orang-orang yang dijamin oleh Allah akan masuk surga.