Rabu, 05 Maret 2014

PENDAPAT ULAMA TENTANG BERMAKMUM MELALUI LAYAR MONITOR DAN ADZAN DENGAN KASET

Sekarang ini kita hidup pada era informasi dan globalisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkat nikmat Allah,  kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dapat kita manfaatkan untuk memperoleh kemudahan-kemudahan dalam hidup, termasuk dalam memanfaatkan hasil teknologi sebagai sarana ibadah.
Pada dasamya, agama Islam memperbolehkan manusia memanfaatkan hasil teknologi untuk sarana ibadah, sepanjang hal itu tidak merubah tata cara, substansi atau nilai-nilai ibadah sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Jadi, tak ada masalah dengan pemanfaatan teknologi untuk kemudahan dalam masalah-masalah kegamaan, karena Islam sendiri adalah sebuah agama yang salah satu prinsip dasar ajarannya memberikan kemudahan-kemudahan dan tidak mempersulit kepada umatnya, termasuk dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat al-Hajj ayat 78:
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ (78) الحاج
Artinya:
Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (AI-Haj, 22:78).

Sahkah shalat orang yang bermakmum melalui layar monitor ? Di bawah ini dikutipkan penjelasan syarat – syarat mengikuti imam (bermakmum) yang terdapat di dalam kitab Fathul Muin halaman 36

Hukum mengumandangkan adzan dengan kaset

Pada dasamya, adzan boleh dilakukan secara langsung atau melalui kaset rekaman, karena tujuan utama adzan adalah memberitahukan tentang telah masuknya waktu shalat dan mensyi'arkan agama Islam melalui kalimat-kalimat dan tata cara yang diajarkan serta dicontohkan,oleh Rasulullah SAW. dengan niat ikhlas, semata-mata karena Allah SWT. Sebagaimana dikatakan Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqh as- Sunnah:
"Adzan adalah suatu pemberitahuan tentang telah masuknya waktu shalat yang diucapkan dengan lafadz¬-lafadz tertentu dan juga merupakan panggilan untuk melaksanakan shalat berjamaa' ah serta menampakkan syi' ar Islam".
Sungguhpun demikian, untuk memperoleh fadlilah (keutamaan) suatu ibadah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW., maka setiap akan shalat fardhu shalat Jum' at, kita disunnahkan melaksanakan adzan dan iqamat secara langsung. Sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan dari sahabat Malik ibn al-Huwairits, sebagai berikut:
عَنْ مَالِكٍ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ....قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.....وَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَالْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ
Artinya:
"Dari Malik bin al-Huwairits berkata bahwa Rasulullah SA W bersabda: Apabila waktu shalat telah masuk, hendaklah salah seorang di antara kamu mengumandangkan adzan dan hendaklah yang tertua di antara kamu menjadi imam".
apakah diwajibkan menjawab adzan yang didengar di televisi atau radio?
Pertanyaan semacam ini pernah disampaikan kepada Syaikh Dr. Abdul karim al-Hudhair. Berikut jawaban yang beliau sampaikan,
الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من لا نبي بعده. وبعد.
الأذان الصادر من خلال الآلات إما أن يكون حياً ينقل، أذان الحرم ينقل عبر الإذاعة، أو أذان الجامع الكبير في الرياض مثلاً ينقل عبر إذاعة القرآن مثلاً، فهذا أذان حقيقي له أحكام الأذان فيجاب، غاية ما هنالك أنه بُلِّغ من لم يسمعه كالمكبر، كمكبر الصوت.
Alhamdulillah wahdah was shalatu was salamu ‘ala man la nabiyya ba’dah, amma ba’du,
Adzan yang dikumandangkan melalui alat tertentu ada dua macam:
Pertama, adzan yang disiarkan secara langsung, seperti adzan Masjidil Haram yang disiarkan langsung melalui radio, atau adzan Masjid Jami’ di Riyadh, yang disiarkan langsung melalui Radio Alquran, adzan semacam ini adalah adzan hakiki, yang dihukumi sebagaimana layaknya adzan, sehingga disyariatkan untuk dijawab. Paling tidak, adzan ini dikumandangkan agar didengar oleh orang yang tidak bisa mendengar langsung, sebagaimana pengeras suara.
أما إذا كان على شريط وليس بحيّ، سجل والمؤذن غير موجود، وقد يكون المؤذن ميتاً! يؤذن المنشاوي الآن في بعض الإذاعات، والمنشاوي مات من سنين، محمود رِفْعت يؤذن وهو ميت من أربعين سنة، مثل هذا لا يجاب ولا يأخذ حكم الأذان.
والله أعلم.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم.
Kedua, adzan rekaman kaset, dan bukan siaran langsung adzan seseorang, hasil rekaman dan tidak ada muadzinnya, dan bahkan bisa jadi muadzin yang direkam sudah meninggal! Misalnya adzannya Shiddiq al-Minsyawi yang dikumandangkan melalui beberapa radio, padahal al-Minsyawi sudah meninggal beberapa tahun silam, atau adzannya Mahmud Rif’at padahal beliau sudah meninggal 40 tahun silam, adzan rekaman semacam ini tidak perlul dijawab dan tidak dihukumi sebagai adzan.
والله اعلم

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.