Pendahuluan.
Sebagai agama dakwah Islam selain menyerukan kepada
umatnya untuk melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari juga
memerintahkan untuk selalu menyampaikan (tabligh) atau mendakwahkan kebenaran
Islam. Para pemeluk Islam telah digelari Allah sebagai umat pilihan,
sebaik-baik umat (khairu ummah) yang bertugas berdakwah, yaitu mengajak
kebaikan dan mencegah kemunkaran. Sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an yamg
berbunyi :
öNçGZä.
uöyz
>p¨Bé&
ôMy_Ì÷zé&
Ĩ$¨Y=Ï9
tbrâßDù's?
Å$rã÷èyJø9$$Î/
cöqyg÷Ys?ur
Ç`tã
Ìx6ZßJø9$#
tbqãZÏB÷sè?ur
«!$$Î/
3 öqs9ur
ÆtB#uä
ã@÷dr&
É=»tGÅ6ø9$#
tb%s3s9
#Zöyz
Nßg©9
4 ãNßg÷ZÏiB
cqãYÏB÷sßJø9$#
ãNèdçsYò2r&ur
tbqà)Å¡»xÿø9$#
ÇÊÊÉÈ
Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik. (Q.S. 3:110)
Di dalam ayat lain Allah SWT berfirman :
äí÷$#
4n<Î)
È@Î6y
y7În/u
ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/
ÏpsàÏãöqyJø9$#ur
ÏpuZ|¡ptø:$#
( Oßgø9Ï»y_ur
ÓÉL©9$$Î/
}Ïd
ß`|¡ômr&
4 ¨bÎ)
y7/u
uqèd
ÞOn=ôãr&
`yJÎ/
¨@|Ê
`tã
¾Ï&Î#Î6y
( uqèdur
ÞOn=ôãr&
tûïÏtGôgßJø9$$Î/
ÇÊËÎÈ
Artinya : serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk. (Q.S. an-Nahl:125).
Dari ayat-ayat
tersebut dapat dipahami bahwa aktivitas dakwah
adalah merupakan bagian dalam kehidupan sehari-hari seorang Muslim.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi
komunikasi dan informasi dalam era globalisasi sekarang ini telah membawa
perubahan-perubahan dalam kehidupan umat.
Era globalisasi
memiliki potensi untuk merubah hampir seluruh sistem kehidupan masyarakat baik
dibidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, termasuk memberikan andil pada perubahan sistem dan tata nilai dan masyarakat
Islam.
Pengaruh era globalisasi yang memasuki semua sendi-sendi
kehidupan memunculkan problem-problem dan tantangan dakwah yang semakin berat, baik
yang bersifat internal maupun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai
bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan,
kepariwisataan, seni, pakaian, makanan dan minuman dan sebagainya. yang semakin
membuka peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika.
Kerawanan moral dan etik itu muncul semakin transparan
dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi
informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping VCD, jaringan
Internet, dan sebagainya.
Adanya problem, permasalahan, hambatan, tantangan, dan
semacamnya, baik internal maupun eksternal, merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari perjuangan menyampaikan dakwah Islam. Karena itu memang telah
menjadi salah satu sunnatullah bagi setiap dakwah kebenaran. Oleh karenanya,
mengenal, memahami, dan memperhatikan problem-problem dakwah merupakan bagian
penting dalam rangka mencapai keberhasilan dakwah.
Problematika Dakwah.
Problematika Dakwah yang dimaksud dalam tulisan ini
adalah “ Masalah-masalah, hambatan-hambatan dan tantangan-tantangan yang terjadi
dan dihadapi oleh para da’i dalam dakwahnya yang apabila tidak diatasi akan
menghambat tujuan dakwah yang hendak dicapai”.
Problem-problem dakwah tersebut mencakup dan meliputi dua
macam yaitu :
Pertama, problem-problem dakwah internal (مشكلات الدعوة الداخلية), yaitu
:
1.
Problem yang bersumber dan berasal dari
kondisi internal diri setiap dai sendiri. Seperti Pertama,terjadinya
penyempitan makna dakwah oleh para da’i.Dakwah saat ini sering terkesan
dimaknai sebatas pada ceramah-ceramah di mesjid,majelis ta’lim,dan
pengajian-pengajian.Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa metode lisan
merupakan salah satu metode dakwah yang efektif namun hendaknya para da’I tidak
menjadikan dakwah dengan metode ceramah sebagai hal yang esensi dalam
dakwah.Bahkan akhir-akhir ini masyarakat Indonesia sudah mulai bosan dengan
ceramah-ceramah. Kalaupun ada yang mengikuti hanya sebatas formalitas atau mencari sisi lain yang menarik dari
ceramah sang da’i seperti sang dai’ yang suka membuat lelucon, alhasil ketika
ditanya kepada masyarakat tentang apa yang
mereka dapatkan dalam ceramah tersebut mereka hanya
menjawab “Uztadznya pelawak,lucu,dan menarik”
namun esensi dakwah tidak lagi sampai kepada masyarakat tersebut.Padahal
sebenarnya masyarakat di Indonesia saat ini membutuhkan dakwah dengan metode
“tindakan nyata”, mereka saat ini
kehilangan figure Qudwah,Figure ustwah yang akan mereka jadikan pedoman dan
tauladan dalam hidup.
Kedua,Merosotnya kualitas ilmu yang dimiliki
para da’i. Hal ini berdampak pada menurunnya profesionalisme sang da’i. Contohnya
banyak kita lihat di Indonesia bagaimana materi yang disampaikan hanya bersifat
pengulangan sehingga para objek dakwah mudah bosan.selain itu, dakwah yang
disampaikan sering tidak tepat sasaran karena metode yang dipakai sang da’I
tidak sesuai dengan kondisi objek dakwahnya.Ditambah lagi sang da’I tidak
memiliki keilmuan yang cukup terutama dalam bidang Fiqh dakwah sehingga sering
mengecewakan objek dakwah. Kekurangan ilmu yang dimiliki da’I hari ini juga
banyak menimbulkan masalah tersendiri dalam bidang dakwah.Sering kali terjadi
kegoncangan pada umat diakibatkan keraguan yang ditimbulkan oleh para da’I
dalam menetapkan sebuah hukum. Keraguan ini akan berlanjut pada ketidak
percayaan terhadap sang da’I itu sendiri. Hal ini tentunya berdampak negative
terhadap tatanan umat yang ada. Contoh lain,adalah seringnya para da’i terlalu
memaksakan sebuah hukum namun tanpa alternative sehingga tak jarang sikap ini
mengurangi tingkat kepercayaan masyarakat kepada da’i tersebut malah masyarakat
bisa menjadi apatis kepadanya.
Ketiga,Manajemen dakwah yang dilakukan oleh
para da’i masih bersifat konvensional,yang hanya terbatas pada ceramah dan
kuliah agama. Kurangnya pengetahuan da’i tentang ilmu dakwah ditambah lagi
dengan kurang nya pengetahuan tentang manajemen dakwah yang efektif dan efisien
membuat dakwah sering hanya bergaung dalam ceramah dan kuliah agama.
Keempat, mengajak kepada dakwah parsial bukan
dakwah kepada Allah swt. Manajemen dakwah yang baik adalah sebuah keharusan
dalam keberlangsungan dakwah. Karena pentingnya hal itu bagi dakwah, maka
organisasi-organisasi yang memayungi dan mengelola dakwah banyak bermunculan
dengan menawarkan berbagai konsep dakwah. Bila hal ini disikapi dengan
bijaksana dan hati yang lapang maka akan menjadi kemashlahatan bagi ummat.
Karena lebih mengakomodir banyaknya perbedaan dalan penerapan konsep dakwah.
Dampak negative yang ditimbulkan adalah adanya persaingan diantara organisasi
dakwah untuk merebut simpati masyarakat. Penyimpangan tujuan ini akan
mempengaruhi efektifitas pencapain tujuan dakwah, karena para da’I lebih sibuk
dengan bagaimana membesarkan organisasi dakwahnya daripada menyibukkan diri
untuk mengajak ummat kembali kepada Allah swt.
Kelima, da’i bersifat pasif dalam menyongsong
dakwah. Sudah menjadi kebiasan di masyarakat bahwa adanya ta’lim atau pengajian
tabligh hanya ketika hari-hari besar agama, oleh karena itu
seringkali pula para
da’i hanya melakukan aktifitasnya pada
waktu itu. Mereka tidak bergerak aktif untuk
menciptakan lading-ladang ta’lim baru yang lebih teratur dan berkesinambungan.
Perkembangan zaman yang begitu cepat juga membawa konsekuensi permasalahan
ummat yang cepat pula, sehingga para da’I harus cepat tanggap untuk bisa
menjadi pemberi solusi syar’i untuk setiap permasalahan yang ada.
2.
Problem yang bersumber dan berasal dari
kondisi internal setiap kelompok, golongan, organisasi, jamaah, dan gerakan
dakwah yang ada di tubuh kaum muslimin.
Diantara persoalan umat intenal umat Islam
yang sering menimbulkan perselisihan dan perpecahan adalah Fanatisme Mazhab. Bahkan hingga sekarangpun
umat Islam masih sering terjebak dengan pembahasan permasalah Mazhab yang
notabene adalah permasalahan furu’(cabang). Yang lebih sering perbedaan ini
menimbulkan perpecahan. Pada kajian-kajian keislaman kemudian juga lebih
membahas permasalahan perbedaan mazhab dan seringnya mengarah pada menjelekkan
mazhab yang lain. Seolah surga hanya untuk mazhabnya sendiri. Perdebatan qunut
dan tidak qunut, tahlil tidak tahlil, maulid Nabi Muhammad saw dan shalat
Tarawih antara yang 20 rakaat dan 11 rakaat justru kadang lebih sering
dilakukan meski sudah tahu bahwa itu tidak akan selesai dan akhirnya
menimbulkan perpecahan. Hal ini kemudian menjadikan umat Islam tidak mau
bekerja sama untuk menegakkan Islam. Ini jelas tidak menguntungkan Islam.
Padahal perbedaan semacam ini adalah sebuah keniscayaan. Seharusnya dalam
rangka memajukan Umat Islam khususnya di bumi Indonesia tercinta ini segenap kaum muslimin bersatu padu, bahu
membahu dan bekerja sama, membentuk barisan yang rapat dan kokoh bukan malah berpecah-belah.
3.
Problem yang bersumber dan berasal dari kebodohan
dan kemiskinan.
Berdasarkan hasil SP2010, persentase penduduk
DKI Jakarta umur 7-15 tahun yang belum/tidak sekolah sebesar 1,12 persen dan
yang tidak sekolah lagi sebesar 5,22 persen.
Sedangkan tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
di provinsi DKI Jakarta mencapai 3,79 persen.
4.
Problem yang bersumber dan berasal dari Kurangnya
komitmen melaksanakan ajaran Islam.
Jauhnya umat Islam dari kehidupan Islami
menyebabkan ajaran-ajaran Islam tidak terwujud dalam kehidupan sehari-hari.
5.
Problem yang bersumber dan berasal dari
kondisi internal kaum muslimin secara keseluruhan.
pertama, kurangnya keinginan untuk
mendengarkan kebajikan. Disadari atau tidak
padatnya agenda kerja menjadikan kita semakin
jauh dari kesempatan untuk mendatangi dan mendengarkan tausiyah. Kita lebih disibukkan dengan berbagai urusan
dunia yang begitu gemerlap. Dunia dengan segala kesenangan nafsu begitu
memperdaya kesanggupan kekuatan kita
untuk melangkah mencari sumber kebajikan. Lemahnya semangat untuk mendatangi,
mendengarkan tausiyah juga menjadi indikasi awal melemahnya kekuatan iman.
Karena hati yang dipenuhi dengan iman akan senantiasa haus dengan ilmu dan
kebaikan. Sedangkan hati yang semakin kosong dari iman akan disibukkan dengan
hal-hal yang tidak bernilai untuk akhirat. Tentang hamba-hamba dunia ini Allah
telah menggambarkan dalam qs. Al hadiid :
dimana manusia begitu berlomba mengejar kenikmatan dunia sehingga mereka
melupakan kehidupan akhirat.
“Ketauhilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia
adalah permainan dan senda gurau dan perhiasan dan kalian saling berbangga
diantara kalian dan saling berlomba dalam harta dan keturunan (anak)”
Mereka lupa bahwa diakhirat hanya ada dua
balasan yaitu adzab allah yang pedih atau ampunan dan ridhoNya. “ wafil
akhiroti ‘adzabun syadiidun wa maghfirotun minallaoh wa ridhwaan”
kedua, system masyarakat yang seolah-olah
membuat masyarakat gengsi untuk mendengarkan ceramah majelis ta’lim.
Musuh-musuh islam telah merubah budaya kehidupan masyarakat sehingga semakin
jauh dari nuansa ruhiyah. Masyarakat melalui tayangn televisi, media cetak
maupun elektronik telah didekatkan
dengan budaya hedonis, konsumtif dll. Dengan demikian budaya untuk menghadiri
majelis ta’lim seolah-olah telah menjadi tradisi kuno dan telah lekang dimakan
usia. Atau hal itu hanya pantas dilakukan oleh orang-orang tua saja.
ketiga lemahnya amar ma’ruf nahi munkar. Allah
telah mengingatkan bahwa manusia akhir zaman akan disebut sebagai “ khoirul
ummat” ketika mereka mampu menjalankan fungsi social masyarakat mereka yaitu
saling mnegingatkan dalam kebaikan dan saling mencegah dalam kemungkaran. Syarat
keberlangsungan kehidupan yang saling menghargai, mengasihi dan menyayangi
adalah adanya kebaikan –kebaikan individu dalam setiap tatanan masyarakat.
Kemudian kebaikan kebaikan individu tersebut akan mendorong orang lain untuk
juga bersikap yang sama dengan jalan saling mengingatkan dan ketauladanan yang
nyata. Sikap kritis terhadap sesama dan kepedulian terhadap degradasi akhlak
sesama akan menjadi langkah awal bagi terwujudnya kehidupan yang bermoral dan
bermartabat.
2. Kedua, problem-problem dakwah eksternal (مشكلات الدعوة الخارجية),
yakni problem-problem yang bersumber dan berasal dari berbagai kalangan dan
pihak di luar kaum muslimin. Problem-problem, hambatan-hambatan dan
tantangan-tantangan dakwah yang bersifat eksternal tentu saja banyak dan beragam
sekali, namun secara umum bisa kita ilustrasikan dan ringkaskan dalam empat
poin di bawah ini:
1. Berupa makar yang terus-menerus
dan bertubi-tubi dari musuh-musuh Islam dan kaum muslimin.
(lihat: QS.Al-Anfaal [8]: 30; QS. Ar-Ra'd
[13]: 42; QS. Ibrahim [14]: 46; QS. Saba' [34]: 33; QS. Ath-Thaariq [86]:
15-17; Dan lain-lain).
2. Kerja sama mereka dalam membuat
dan melaksanakan konspirasi terhadap Islam, dakwah Islam dan kaum muslimin (QS. Al-Anfaal
[8]: 73; QS. An-Naml [27]: 48-53).
3. Keragaman cara mereka dalam
dalam upaya-upaya menghambat, menghadang dan menghentikan setiap laju dakwah Islam.
4. Kekuatan, kecanggihan dan
kemodernan sarana dan prasarana yang mereka pakai dan gunakan dalam membuat dan melaksanakan makar
dan konspirasi mereka terhadap Islam, dakwah, pergerakan dan kaum muslimin.
Problematika
Dakwah di daerah perkotaan
Secara khusus
Problematika Dakwah di Kota Administrasi Jakarta Timur adalah sebagai berikut
A.
Yang berkaitan dengan anak-anak dan remaja
1. Maraknya peredaran dan penggunaan Narkoba dikalangan remaja.
2. Maraknya tawuran dikalangan anak-anak dan remaja trendnya akan meningkat
selama bulan ramadhan yang dilakukan setelah sahur.
3. Masalah penggunaan media sosial seperti, HP, internet dan gadget lainnya.
4. Adanya remaja putus sekolah
B.
Yang berkaitan dengan lingkungan
1.
Adanya Lokasi Prostitusi terselubung yang
terdapat dibereapa tempat di kota-kota besar. Lokasi prostitusi tersebut telah
berlangsung cukup lama dan meresahkan serta memberikan pengaruh yang begitu
besar bagi rusaknya akhlak lingkungan masyarakat sekitar. Upaya pembubaran
biasanya dilakukan oleh masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat sekitar, tetapi
sering tidak berhasil karena dilindungi oleh oknim aparat.
2.
Adanya pabrik/perusahaan yang melaksanakan
sift kerja malam. Pada saat jam pulang kerja malam sebagian karyawan tidak
langsung pulang kerumah tetapi duduk-duduk ngobrol dipinggir jalan sehingga mengganggu
penduduk setempat dan terbuka peluang terjadinya kriminalitas.
C.
Yang berkaitan dengan Pendidikan Keagamaan.
Kurangnya peminat dikalangan pemuda untuk
mendalami ilmu-ilmu agama.
Strategi dakwah
di daerah perkotaan.
A. Yang berkaitan dengan anak-anak dan remaja
1. Menumbuhkan kembangkan wadah-wadah anak-anak dan remaja untuk mengisi waktu
dan mengembangkan kreatifitas mereka, seperti Taman Pendidikan Al-Qur’an,
Remaja Masjid dan karang Taruna.
2. Bekerja sama dengan tokoh-tokoh dan perusahaan-perusahaan yang berada di lingkungan setempat untuk mengadakan
kursusu-kursus atau pelatihan bagi para remaja putus sekolah.
B. Yang berkaitan dengan lingkungan
1. Bekerja sama dengan instansi terkait untuk menghilangkan lokasi prostitusi
2. Menjalin komunikasi dengan pihak perusahaan yang berada dilingkungan
setempat agar pengaruh buruk keberadaan perusahaan dapat diatas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.