Darah Wanita*
Oleh : Hj. Ida Sajida, Lc. M. Si**
Darah yang keluar dari rahim wanita ada tiga jenis
1.
Darah haid
2.
Darah nifas
3.
Darah istihadhah
1. Darah Haid
Darah haid ialah darah sehat yang keluar dari rahim
wanita.yang sedikitnya berusia 9 tahun. Darah ini keluar minimumnya selama
sehari semalam (24 Jam), maksimumnya 15 hari dan normalnya 6 atau 7 hari. Jadi
masa suci bagi wanita antara dua haid tidak boleh kurang dari 15 hari.
2. Darah Nifas
Darah nifas ialah darah yang keluar dari rahim
wanita yang melahirkan, minimumnya seketika, maksimumnya 60 hari dan normalnya
40 hari.
3.Darah Istihadhah
Darah istihadhah ialah darah yang keluar dari rahim
wanita, ia bukan darah haid atau darah nifas tapi darah penyakit. Hukumnya
seperti hukum orang yang tidak bisa menahan kecing yang selamanya keluar.
Dan jenis darah istihadhah ada 5:
1.
Darah yang keluar dari rahim gadis yang belum berusia 9 tahun
2.
Darah yang keluar dari rahim wanita kurang dari sehari semalam (kurang dari
24 Jam)
3.
Darah yang keluar dari rahim wanita lebih dari 15 hari
4.
Darah yang keluar dari rahim wanita yang melahirkan lebih dari 60 hari
5.
Darah yang keluar dari rahim wanita sebelum habis masa suci 15 hari
Keterangan:
Bagi wanita yang mengeluarkan darah istihadhah
(darah penyakit) yaitu bukan darah haid dan nifas wajib baginya melakukan
shalat dan puasa.
Cara
shalat bagi wanita istihadhah
1- Mencuci darah istihadhah dari kemaluannya
sebersih-bersihnya dan menutup rapat kemaluan dengan kain (softek).
لِمَا رُوِىَ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ
لِحَمْنَة بِنْتِ جَحْشٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُا: أَنْعَتُ لَكِ الْكُرْسُفَ قَالَتْ
إِنَّهُ أَكْثَرُ مِنْ ذَلِكَ قَالَ: فَتَلَجَّمِي (صحيح أبو داود والترمذي
و غيرهما)
Sesuai dengan sabda Rasulallah saw kepada Hamnah
binti Jahsy ra “Aku beritahukan kepadamu (agar menggunakan) kapas kerena kapas
dapat menyerap darah” Hamnah berkata: “Darahnya lebih banyak daripada itu”
Rasulallah saw bersabda lagi: “Maka pakailah penahan.” (HR Abu Daud,
At-Tirmidzi, dll).
Jika masih tetap keluar setelah diberikan penahan
maka darah yang keluar (rembas) tidak membatalkan wudhunnya dan shalatnya sah.
Karena kesulitan baginya untuk mencegah darah yang keluar.
2- Wajib mengulangi mencuci darah dari kemaluannya
dan menutup rapat kemaluan dengan kain (softek) setiap akan wudhu. Dan wajib
wudhu setiap akan melakukan shalat
3- Tidak boleh berwudhu sebelum masuk waktu shalat
4- Satu wudhu hanya bisa berlaku untuk satu shalat
fardhu saja atau tidak boleh lebih dari satu shalat fardhu kecuali shalat sunah
boleh dilakukan sekehendaknya.
5- Harus segera melakukan shalat setelah berwudhu
tidak boleh ditunda. Jika shalatnya ditunda setelah berwudhu, maka wudhunya
wajib diulangi, karena dikuatirkan darah akan keluar lebih banyak lagi. Hal ini
sama dengan orang yang tidak bisa menahan kencing karena penyakit, shalatnya
harus disegerakan setelah berwudhu tidak boleh ditunda.
Hikmah
Haid
1.
Tanda wanita sehat jika keluar haid
2.
Tanda sudah masuk baligh jika keluar haid
3.
Tanda tidak hamil jika keluar haid
4.
Tanda wanita masuk menopause (sudah baki) jika tidak keluar haid
Larangan
Bagi Haid Dan Nifas
Diharamkan bagi wanita haid dan nifas melakukan:
1. Shalat.
لِمَا صَحَّ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ
لِفَاطِمَةَ بِنْتِ أَبِي حُبَيْش : فَإِذَا أَقْبَلَتْ الْحَيْضَةُ فَدَعِي
الصَّلَاةَ وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْتَسِلِي وَصَلِّي (رواه الشيخان)
Sesuai dengan sabda Rasulallah saw kepada Fatimah
binti Abi Hubaisy: “Jika datang haid maka tinggalkanlah shalat, dan jika telah
pergi maka mandilah dan lakukanlah shalat” (HR Bukhari Muslim).
2. Puasa.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ عُمَر رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ : مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ
عَقْلٍ وَدِينٍ أَغْلَبَ لِذِي لُبٍّ مِنْكُنَّ قَالَتْ : يَا رَسُولَ اللَّهِ !
وَمَا نُقْصَانُ الْعَقْلِ وَالدِّينِ ؟ قَالَ : أَمَّا نُقْصَانُ الْعَقْلِ
فَشَهَادَةُ امْرَأَتَيْنِ تَعْدِلُ شَهَادَةَ رَجُلٍ فَهَذَا نُقْصَانُ الْعَقْلِ
، وَتَمْكُثُ اللَّيَالِيَ مَا تُصَلِّي ، وَتُفْطِرُ فِي رَمَضَانَ فَهَذَا
نُقْصَانُ الدِّينِ (رواه الشيخان)
Dari Abdullah bin Umar ra, Rasulallah saw bersabda:
” Aku tidak melihat kurangnya akal dan agama yang lebih menguasai manusia dari
kalian. Wanita itu bertanya: Wahai Rasulullah, apakah kekurangan akal dan agama
itu? Rasulullah saw menjawab: Yang dimaksud dengan kurang pada akal adalah
karena saksi dua wanita sama dengan saksi seorang laki-laki, ini adalah
kekurangan akal. Wanita bangun malam tanpa mengerjakan shalat dan tidak puasa
di bulan Ramadan (karena haid), ini adalah kekurangan pada agama” (HR Bukhari
Muslim).
3. Thawaf
لِمَا صَحَّ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ
لِعَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُا :ِ ِاصْنَعِي مَا يَصْنَعُ الْحَاجُّ غَيْرَ
أََنْ لاَ تَطُوفِي (رواه الشيخان)
Sesuai dengan sabda Rasulallah saw kepada Aisyah ra
(Ketika haji wada’ dan ia mendapatkan haid): “Lakukanlah semua amalan yang
dilakukan oleh orang yang melaksanakan haji, hanya saja engkau tidak boleh
melakukan thawaf di Baitullah” (HR Bukhari Muslim).
4. Membaca Al-Quran, berkiyas
kepada orang yang sedang junub diharamkan membaca al-Qur’an.
5. Menyentuh Al-Qur’an atau membawanya, karena ia
adalah kitab suci, maka tidak boleh disentuh atau dibawa kecuali dalam keadaan
suci, Allah berfirman:
لاَ
يَمَسُّهُ إِلاَّ الْمُطَهَّرُونَ – الواقعة ﴿٧٧﴾
Artinya: “tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba
yang disucikan” (Qs Al-Waqi’ah ayat: 77)
6. Berdiam (I’tikaf) di masjid.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُا ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ : لا أُحِلُّ الْمَسْجِدَ لِحَائِضٍ وَلا جُنُبٍ (رواه
أبو داود وابن ماجه والطبراني و صححه ابن خزيمة و حسنه ابن القطان)
Dari Aisyah ra, Rasulallah saw bersabda “Aku tidak
halalkan masjid bagi wanita yang sedang haid dan bagi orang yang junub” (HR Abu
Daud, Ibnu Majah, At-Thabrani, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu al-Qathan)
7. Bersetubuh
Allah berfirman:
وَيَسْأَلُونَكَ
عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ
حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ
اللَّهُ – البقرة ﴿٢٢٢﴾
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid.
Katakanlah: “Haid itu adalah kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan
diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum
mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat
yang diperintahkan Allah kepadamu” (Qs Al-Baqarah ayat: 222)
8. Menikmati dengan membuka
antara lutut dan pusar (tanpa busana).
Sesuai dengan firman Allah tersebut diatas, dan
hadist Rasulallah saw,
عَنْ عُمَرَ ابْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : سَأَلْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يَحِلُّ لِلرَّجُلِ مِنْ امْرَأَةٍ
وَهِيَ حَائِضٌ ؟ فَقَالَ : مَا فَوْقَ الإِزَارِ (رواه ابن ماجه والبيهقي)
Dari Umar bin Khattab ra, ia berkata: “Aku bertanya
kepada Nabi saw apa yang dihalalkan bagi laki-laki atas perempuan yang sedang
haid”. Beliau bersabda: “menyentuh apa-apa yang diatas kain (di atas pusar)”
(HR Ibnu Majah, al-Baihaqi)
_____________________________________
• Makalah
Disampaikan pada pengajian bulanan MT. Syarif Hidayatullah Cakung, Hari Selasa, 22 Oktober
2013 / 17 DzulHijjah 1434 H.Tahun 2014
** Dosen Pasca Sarjana Universitas Indonesia